Sabtu, 10 Mei 2014

Perjalanan YogYES menjelajahi Sungai BengawanSolo

Petualangan YogYES dimulai saat sang mentari masih tertidur nyenyak di balik cakrawala. Sambil menunggu perahu yang akan mengantar, kami duduk di pinggir sungai menyaksikan aktivitas warga yang mulai menggeliat. Jalur penyeberangan perahu Kampung Sewu-Bekonang tempat kami akan memulai petualangan ini mulai ramai. Sebuah perahu kayu berukuran cukup besar mondar-mandir mengantarkan para pedagang yang akan pergi ke pasar, ataupun warga yang hendak menyeberang ke kampung tetangga. Sebuah perahu kayu kecil merapat pelan. Waduh, ternyata perahu inilah yang akan mengantar kami menyusuri sungai yang terbentuk sekitar empat juta tahun lalu ini. Sedikit saja gerakan akan membuat perahu bergoyang. Namun setelah beberapa dayungan, perasaan mulai rileks. Dayungan kayuh yang seirama membawa perahu menyibak air sungai dan meluncur pelan mengikuti arus yang tenang. Temaram langit fajar mulai menjadi terang.
Beberapa ratus meter pertama, sungai ramai dengan warga dan berbagai aktivitas pagi mereka. Keramahan khas penduduk desa sangat terasa. Beberapa orang penduduk menyirami tanaman di pinggiran sungai yang disulap menjadi ladang, menggembala kambing atau bebek, atau sekedar berkumpul di atas tanggul sambil berbincang dan bersenda gurau. Sesekali perahu nelayan yang sedang mencari ikan melintas. Dulu Bengawan Solo pernah tersohor sebagai surga ikan air tawar. Bahkan ada sekitar 30 jenis ikan yang tinggal dan berkembang biak di sungai ini. Namun sayang, kini hanya beberapa jenis saja yang masih bertahan, diantaranya ikan jambal, gabus dan ikan putihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar