Petualangan YogYES dimulai saat sang mentari masih tertidur
nyenyak di balik cakrawala. Sambil menunggu perahu yang akan mengantar,
kami duduk di pinggir sungai menyaksikan aktivitas warga yang mulai
menggeliat. Jalur penyeberangan perahu Kampung Sewu-Bekonang tempat kami
akan memulai petualangan ini mulai ramai. Sebuah perahu kayu berukuran
cukup besar mondar-mandir mengantarkan para pedagang yang akan pergi ke
pasar, ataupun warga yang hendak menyeberang ke kampung tetangga. Sebuah
perahu kayu kecil merapat pelan. Waduh, ternyata perahu inilah yang
akan mengantar kami menyusuri sungai yang terbentuk sekitar empat juta
tahun lalu ini. Sedikit saja gerakan akan membuat perahu bergoyang.
Namun setelah beberapa dayungan, perasaan mulai rileks. Dayungan kayuh
yang seirama membawa perahu menyibak air sungai dan meluncur pelan
mengikuti arus yang tenang. Temaram langit fajar mulai menjadi terang.
Beberapa ratus meter pertama, sungai ramai dengan warga
dan berbagai aktivitas pagi mereka. Keramahan khas penduduk desa sangat
terasa. Beberapa orang penduduk menyirami tanaman di pinggiran sungai
yang disulap menjadi ladang, menggembala kambing atau bebek, atau
sekedar berkumpul di atas tanggul sambil berbincang dan bersenda gurau.
Sesekali perahu nelayan yang sedang mencari ikan melintas. Dulu Bengawan
Solo pernah tersohor sebagai surga ikan air tawar. Bahkan ada sekitar
30 jenis ikan yang tinggal dan berkembang biak di sungai ini. Namun
sayang, kini hanya beberapa jenis saja yang masih bertahan, diantaranya
ikan jambal, gabus dan ikan putihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar