Sabtu, 10 Mei 2014

Gua Kampret di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara


Di Kabupaten Langkat, Sumut terdapat sebuah gua dengan semburat cahaya indah, Gua Kampret namanya. Cahaya matahari yang menembus rapatnya celah-celah bebatuan di gua ini, tidak kalah dengan Gua Jomblang di Yogyakarta.

Sekilas, pastilah kita akan menduga bahwa kata kampret adalah ungkapan slang atau bahasa gaul populer yang artinya bisa bermacam-macam. Walau pada umumnya 'kampret' berarti 'sialan' dan dikatakan untuk mengungkapkan kekesalan akan suatu hal.

Tetapi, di Desa Bukit Lawang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, kata 'kampret' lebih terkenal sebagai nama sebuah gua. Bukan gua 'sialan' tapi Gua Kampret, yang arti sebenarnya adalah adalah Kelelawar kecil.

Dari Terminal Bukit Lawang, kita bisa naik ojek untuk diantar sampai ketepian Sungai Bahorok. Biayanya sekitar Rp 10.000 per orang. Setelah sampai di tepian sungai, kita harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Sepanjang perjalanan, kita akan banyak melewati daerah perkebunan karet dan sawit milik warga lokal. Dari tepi sungai, gua ini berjarak sekitar 3 kilometer.

Satu hal lagi, tidaklah sulit untuk mencapai tempat ini karena sepanjang jalan, sudah ada petunjuk-petunjuk arah yang dipasang oleh masyarakat setempat. Jadi jangan takut, karena kita tidak akan tersesat.

Sebelum sampai di mulut gua, kita akan bertemu dengan seorang bapak atau biasa dipanggil Bulang. Selain untuk melapor, kita juga harus membayar Rp 5.000 per orang sebagai biaya masuk. Dia juga mengingatkan kita untuk tidak membawa makanan dan membuang sampah di dalam gua.

Kita harus mendaki sedikit untuk sampai di mulut gua. Tidaklah sulit, karena jalur jalan ini sudah dibentuk seperti tangga. Selain itu, sebelah kiri dan kanan jalur banyak akar-akar pohon yang dapat dijadikan pegangan untuk mendaki.

Begitu tiba di mulut gua, hawa dingin dan lembab akan langsung meyeruak. Tak berapa lama, kita akan langsung dapat menikmati pemandangan indah dari stalagtit dan stalagmit yang bertebaran di gua ini. Setelah itu, kita akan memasuki ruangan yang besar, luas, dan sangat gelap. Tidak ada sedikit pun cahaya matahari yang masuk. Untungnya saat itu kita membawa senter.

Setelahnya, kita akan banyak disuguhkan pemandangan indah dari cahaya matahari yang menembus rapatnya celah-celah bebatuan di gua ini. Di tengah keheningan, kita bisa mendengar kicauan burung yang terbang di antara celah-celah bebatuan gua ini.

Tak berapa lama kita berjalan, sayup-sayup kita akan mulai mendengar suara-suara kelelawar. Suara ini semakin nyaring saat kita memasuki sebuah ruangan luas dan sangat gelap, kita memasuki ruangan Kampret.

Bau kotoran Kampret yang sangat menyengat dan suara deru kepak sayap ribuan kelelawar yang terusik akan kehadiran manusia menambah tantangan dari perjalanan ini. Tanpa banyak mengeluarkan suara, kita harus tetap melanjutkan perjalanan sambil tetap berhati-hati, terutama karena jalannya yang sangat becek.

Tak berapa lama kemudian, sampailah kita di ujung gua. Tempat ini yang cukup terang, karena sinar matahari yang menembus gua. Kita bisa beristirahat sejenak di sini.

Untuk kembali pulang, kita hanya perlu untuk mengikuti jalan masuk tadi. Tetap hati-hati terutama saat berpijak pada bebatuan, karena sangat licin.

Gua yang memiliki panjang jalur lebih kurang 1 kilometer ini sangat cocok dijadikan tempat rekreasi sekaligus sebagai sarana untuk belajar susur gua. Selain itu, lokasinya yang dekat dengan objek wisata di Bukit Lawang menjadikannya memiliki daya tarik tersendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar