“Tak
ada yang salah bila aku jatuh cinta padamu. Tak ada yang salah juga
bila kau juga jatuh cinta padaku. Yang salah adalah ada sosok dirinya
antara kau dan aku. Ini kisah cinta segitiga kita. Kisah antara
persahabatan dan cinta antara aku, kau, dan dia.”
Merindukanmu
sempat membuatku lupa kenapa aku harus melupakanmu. Kau cinta yang
bertepuk sebelah tangan. Sebelah tangan? Mungkin kurang tepat untuk
mendeskripsikannya karena kau juga membalas rasaku ini, rasa yang
seharusnya tidak tumbuh diantara kita. Kekasih yang tak pernah kumiliki.
Kau memori yang harusnya kusimpan rapat di dalam kotak rahasiaku dan
kubuang jauh-jauh…
Kau sahabatku,
awalnya… tapi, ini mulai salah saat aku menyadari sosokmu terlihat
begitu istimewa di mataku, saat kaki kecilku ini selalu mengikuti
langkah kakimu yang lebar. Aku selalu tertinggal jauh di belakangmu,
mengikutimu dengan nafasku yang terengah-engah. Memburu takut kehilangan
sosokmu yang terlihat makin jauh. Tapi, selalu ada pengecualian manis
yang selalu kau lakukan terhadapku. Kau selalu berhenti tepat dua puluh
langkah kaki kecilku tertinggal di belakangmu. Aku tidak mungkin salah,
aku selalu menghitungnya. Kau akan berbalik saat lima kali jantungku
berdetak. Lalu, kau tersenyum saat mataku berkedip tepat dua kali. Ini
seperti adegan sebuah film dimana segalanya akan terlihat seperti
diperlambat, tak akan ada orang terlihat di sekitarmu, yang ada hanya
aku dan kau, semua akan terlihat gelap tapi pada satu titik akan
terlihat secercah cahaya… pada sosokmu. Setelah itu, kau akan berjalan
menjemputku yang jauh tertinggal di belakangmu. Dengan tanganmu yang
kokoh kau meraih tanganku, di bagian ini aku selalu tertunduk memandangi
tangan kecilku yang bersembunyi di balik genggamanmu yang hangat. Kita
berjalan beriringan, seperti pasangan kekasih. Pengecualian manisnya
adalah kau tidak akan pernah meninggalkanku tertinggal jauh di
belakangmu. Dan dari sinilah perasaan kecil nan manis itu tumbuh
mengiringi setiap langkah kita. Tapi, itu semua seperti mimpi. Tahukah
kalian tak ada mimpi yang abadi di dunia ini. Mimpi itu akan hilang saat
kau terbangun dari tidurmu. Lalu, cessssss mencair entah kemana.
Kau selalu
berhenti tepat saat bunyi ke lima puluh yang disebabkan ayunan gantungan
kunci yang tergantung di ranselku. Dan aku akan tersentak, mengangkat
kepalaku, tersadar dari mimpi indahku. Dan disana kekasihku di alam
nyata telah setia menungguku. Dengan senyum manisnya dia selalu
menghampirimu tepat saat elusan ketiga kali jarimu di tanganku, lalu kau
akan melepaskan tanganku membiarkanku pergi bersama kekasihku. Dia akan
datang menghampirimu, menepuk pundakmu dan mengucapkan kata-kata yang
selalu terngiang-ngiang di gendang telingaku; “Terimakasih sudah menjaga
wanitaku hari ini, Teman.” Kita bertiga sahabat tapi aku lebih dulu
menjadi kekasihnya. Entah bagaimana awalnya, bagaimana mulanya aku malah
lebih bersimpati kepadamu. Pertahananku begitu rapuh akan pesonamu.
Serpihan-serpihan kejadian indah berlompatan, menyesaki benakku dengan
imajinasi tentang dirimu; dari caramu membuatku tersipu, tatapanmu yang
dalam, sampai pada percakapan-percakapan kecil kita. Dan di suatu hari
tak terduga itu, aku tersenyum dan menangis pilu karena dirimu. Entah
karena kata-katamu yang begitu ambigu atau aku saja yang menganggapnya
terlalu haru. Kau juga mencintaiku…
Medan 14 Maret 2012
19:37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar