Masih teringat dibenakku, semua
kejadian indah sekaligus memilukan hati bila mengingatnya. Hari itu aku
merasakan hal yg aneh menjalar disekujur tubuhku, seketika saja bibir ini tak
mampu berkata dan tubuh ini mulai kikuk ketika bergerak. Kami hanya bisa saling
diam ditengah keributan kelas yg sedang belajar agama. Dan tiba saatnya pulang
sekolah, aku merasa ada yg aneh darinya dan teman-teman lain. Baiklah akhirnya
aku memutuskan untuk pulang saja, dan segera mengambil kendaraan di parkiran
sekolah.
Tibalah waktu yg tak pernah ku duga,
dia menghampiriku ditempat dimana sepeda motor ku tersusun rapi diantara
puluhan sepeda motor lainnya. Dan akhirnya dia mengutarakan semua yg ia rasakan
selama ini. Aku hanya bisa diam terpaku dan menyuruhnya untuk menanti jawaban
ku. Seketika sampai dirumah, ku arahkan tangan ku ke sebuah tempat yg dijuluki
sebagai kantong untuk mengambil hp tercanggih yg pernah aku miliki walau pun
sekarang sudah hilang entah kemana.
Terlihat banyak notification darinya yg
menharapkan ku untuk segara membalas semua perkataannya yg diparkiran tadi. Dan
akhirnya tibalah waktunya aku untuk menjawab. Aku menjawabnya dengan voice note
dari sebuah aplikasi sosmed buatan orang luar negeri. “Yes, I will to be your
girlfriend…” itulah kata-kata yg aku ucapkan di vn tadi. Dan mulai hari itu
juga, tepatnya pada hari Selasa pukul 14:23 kami meresmikan hubungan kami.
Hari demi hari terasa manis ketika
bersama, rasanya tak ingin berpisah sedetik saja. Bagaikan perangko dan surat
yg selalu menempel erat walau pun hanya direkatkan dengan nasi bukan lem kertas
pada umumnya. Maklumlah, namanya juga new couple yg masih hangat-hangatnya.
Bulan pertama pun terlewati dengan
mulus, tetapi satu yg membuat ku jengkel. Dia selalu dikerumuni oleh banyak
teman wanita, dan membuatku merasa tersingkir. Walau pun begitu, dia selalu
memberi penjelasan kepada teman-teman wanitanya untuk sedikit berjaga jarak
dengannya demi menjaga perasaan ku.
Bulan kedua layaknya bulan pertama
juga. Tak ada sedikit pun kericuhan yg menerpa hubungan kami, hanya saja aku yg
selalu egois tetapi dia tetap mengerti. Dia tak pernah menuntut yg aneh-aneh
kepada ku. Dia hanya ingin aku menjadi perempuan yg sewajarnya. Mulai dari mata
ini terbuka hingga tertutup kembali dia selalu mengabari ku, tampaknya dia tak
ingin membuat ku berfikir yg aneh-aneh tentangnya.
Bulan ketiga, kami sudah semakin dekat
saja. Hingga pada suatu hari sepulang dari acara Maulid Nabi SAW di sekolah
tercinta ini, kami pergi menjenguk orang tua dari teman kami yg tertimpa musibah
yg mengharuskan kami untuk satu kereta karena perjalanan yg ditempuh cukup
jauh. Dan setelah selesai menjenguk orang tua teman kami, kami pulang melewati
parbus (parit busuk, haha) elit yg banyak orang menyebutnya kanal. Kami
terjatuh di rerumputan berabu, dan kejadian ini membuatnya khawatir tak karuan.
Aku ingin tertawa tetapi hati ini tak tega karna melihat wajah cemasnya itu.
Sesampainya dirumah dia menanyakan
kabar ku via sms, tampaknya dia sangat khawatir tak ingin aku terluka sedikit
pun. Sepeda motor yg dulunya tak ada lecet sedikit pun kini lecet, membuatku
takut jika nanti mama menanyakannya. Tapi didalam hati tertawa sendiri diiringi
dengan senyum simpul yg terukir di wajah bulat ini. Berharap jika kelak kami
akan selalu bersama dan menceritakan kisah yg menegangkan sekaligus menggelitik
di perut.
Bulan keempat pun lancar, hingga pada
bulan kelima tepatnya pada bulan Puasa Ramadhan aku memutuskan untuk break. Aku
merasa bahwa aku tidak cocok bersamanya. Aku merasa aku hanya klop dengan teman
sekelas lelaki yg tidak mungkin aku sebutkan dalam cerita ini. Dan pada awal
masuk sekolah setelah selesai dari libur panjang Ramadhan kami pun akur
kembali. Dan ketika sudah mulai belajar aktif disekolah dia pun terpilih
sebagai peserta lomba di salah satu sekolah favorit.
Berhari-hari dia latihan pramuka yg
memaksanya untuk izin tidak mengikuti pelajaran dikelas. Dan inilah hari yg
menegangkan sekaligus seru bagi semua anak pramuka. Lomba pramuka se-Sumatera
Utara di MAN 2 Medan. Sepulang sekolah aku bersama teman-teman pun datang
melihat lomba itu dan berharap agar dia mengatakan hal yg selama ini mengusik
hati ku, KANGEN.
Tapi setibanya di tempat dimana lomba
itu di adakan, dia mengacuhkan ku. Dia meninggalkan ku yg telah merelakan diri
menempuh jalan yg basah karena hujan. Dia sibuk dengan teman-teman barunya
dalam Organisasi Pramuka itu, dan akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Ketika
menempuh perjalanan pulang aku hanya bisa meneteskan air mata disebalik kaca
helm kuning ku. Meratapi sikapnya yg mulai berubah kepada ku, tak seperti saat
bulan-bulan yg lalu.
Memasuki bulan kesembilan, kami akur
kembali. Aku senang melihatnya begini, kelihatannya dia tak ingin melepaskan ku
walau hanya sekejap saja. Tetapi perkiraan ku salah, aku berniat untuk memberikan
surprise kepadanya tetapi dia salah paham. Dia mengira aku diam karna aku sudah
tak menghiraukannya lagi, tetapi sesungguhnya aku sangat menghiraukannya.
Tiba saatnya ujian semester, semua
murid mulai belajar keras-sekeras kerasnya. Kami masih diam tanpa sepatah kata
pun. Aku merindukan saat-saat MID Semester 2 bulan lalu, dimana kami mengahapal
pelajaran bersama serta berbincang-bincang tentang segala kisi-kisi yg
diberikan oleh guru. Tapi kini semua itu sudah berubah, dia pun juga tak ingin
membalaskan pesan yg ku tujukan kepadanya.
Tibalah hari yg tak pernah aku inginkan
itu, tepat pada tanggal 6 yaitu jatuh pada hari sabtu pukul sekian. Dia
memutuskan untuk mengakhiri hubungan yg telah kami jalani selama kurang lebih
10bln. Aku mencoba untuk mempertahankan hubungan ini, mencoba untuk membuatnya
untuk menarik kata-kata PUTUS yg dia berikan kepada ku lewat sms itu. Tetapi
apalah daya, sepertinya dia enggan memperbaiki kayu yg telah patah ini.
Ujian harus tetap berlangsung, hanya
saja aku masih merenung dengan sikapnya yg sangat mengejutkanku. Aku masih
tetap bercucuran air mata ketika teman-teman bertanya perihal tentang
hubunganku dengannya. Aku masih tetap merenung ketika ku dapati wajah yg selama
kurang lebih sepuluh bulan itu tak lagi mau tersenyum untukku. Jangankan
tersenyum, melihat wajah ku saja sepertinya ia sudah muak.
Telah 2 bulan dia tak memberikan ku
kabar, tak menyapa pagi ku dengan sms so sweet yg selama ini menghujamiku, tak
mengucapkan selamat malam yg biasa diucapkannya sebelum tidurku, tak menanyakan
apakah aku sudah makan atau belum, tak mengirimkanku sebuah vn lagi, pokoknya
semua yg biasa dia lakukan kini tak pernah lagi. Semua hilang, bagai ditelan
paus besar dan dibawa ke laut paling dalam yg tak terjamah oleh manusia.
Semarah itu kah?sedendam itu
kah?sehingga kini dia tak mau menjalin yg namanya tali pertemanan dengan
ku?tapi kenapa ketika dia mengucapkan kata perpisahan dia meminta ku untuk
menjadi sahabatnya?apakah itu hanya sekedar gurauan agar aku tidak terlarut-larut
dalam yg namanya galau?ahh sudahlah. Semua itu sudah tidak terdeteksi oleh akal
dan hati ku, semua sudah samar-samar bagai hukum bacaan ikhfa dalam ilmu
tajwid.
Sebentar lagi adalah tanggal 11,
tanggal dimana aku merasakan kebahagian yg tak terhingga tetapi juga sekaligus
merasakan pedihnya menunggu yg tak kunjung datang. Apakah ini pertanda bagiku,
bahwa secara tidak langsung dia menyuruh ku untuk berhenti menantinya?apakah
dihati dan fikirannya sudah tidak ada lagi yg namnanya aku?taktau, semua itu
masih menjadi sebuah misteri.
Jika waktu dapat terulang kembali, aku
akan berusaha meyakinkannya bahwa aku adalah yg paling tepat untuknya. Jujur
aku akui, aku sangat berharap banyak pada semua janji yg dulu pernah dia
ucapkan. Sedih? Tentu. Aku tidak bias mengobrol dengannya lagi, tak bisa
bertatap penuh cinta lagi, dan tak bisa tertawa lagi dengannya.
And I keep up with our old friends just
to ask them, how you are? Hope it is nice who you are. Never imagined we’d and
like this. I want back in time and change it but I cant. I just want to say, I
love you so much and happy anniversary 1years. I hope you always happy although
without me.
The end….:*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar